Friday, May 10, 2019

pengalaman pertama anak rawat inap di RS

Kejadiannya dua bulan. Baru ditulis sekarang *kelakuan :-) 
ini kayaknya ceritanya bakal panjang dan bersambung, macam film Avengers mungkin haha 
karena banyak campur tangan Tuhan yang ingin saya abadikan disini
jadi siapkan popcorn nya biar enak bacanya haha

Saya ingat persis kejadiannya dimulai tanggal 7 Maret, hari Kamis pas libur nasional, kami sekeluarga beserta nenek dan aunty nonton Captain Marvel di BTC. Sangat menyenangkan sekali. Pulang dari nonton, sorenya Zac, anak bungsu saya mulai tidak enak badan, demam. Kamis dan Jumat masih berlanjut. Demamnya turun kalau minum tempra, agak mendingan kalau pagi sampe sore. Hari Sabtunya disusul ama Ola, anak pertama saya juga tidak enak badan. Jadi week end kali itu dilewati dengan merawat dua anak yang demam.

Zac sempat diperiksa dokter dan dikasih obat batuk pilek. Karena sedang musim DBD, dokternya membekali surat untuk periksa darah jika demam masih berlanjut. Sedangkan Ola belum diperiksa dokter karena dokternya libur. 

Hari Senin saya putuskan mengajak kedua anak saya untuk periksa darah berbekal surat rujukan punya Zac. Pengalaman pertama Zac nih, agak was-was juga karena saya hanya sendiri dan naek motor. Tapi puji Tuhan semua bisa dilewati dengan baik tanpa drama. Zac bisa diambil darah dengan cepat. Saya sengaja mengajak Zac untuk melihat Ola diambil darah duluan, dan saya tekankan bahwa prosesnya cuman satu detik. Puji Tuhan Zac mampu melewatinya dengan berprestasi :-)

Sorenya kami ke dokter dan menurut dokter, Zac kena campak sedangkan Ola positif tipus. Trombosit keduanya bagus jadi bukan DBD. Trombosit Ola bahkan 383.000 bagus sekali (normal nya 150.000) karena selama beberapa hari Ola mengikuti saran saya untuk minum yang banyak. Saya sengaja sedia jus jambu biji kemasan dan pocari sweat untuk diminum oleh mereka. 

Saya memutuskan untuk merawat keduanya di rumah saja. Dulu waktu umur 7 tahun, Ola pernah positif tipus dan sembuh hanya dengan dirawat seminggu di rumah. Bedrest total, minum obat dan jangan makan yang berserat. Jadi saya pikir lebih baik dirawat di rumah.

Hari Rabunya Ola mulai susah makan dan minum. Badannya lemas, saya pikir karena asupannya kurang. Drama pun dimulai haha... Saya beberapa kali tidak sabar menghadapi Ola yang berulah tidak mau makan dan minum, dan sempat memarahinya. Kekesalan ini timbul karena memang Ola itu tipe anak yang susah makan dari kecil ditambah rasa khawatir saya yang melihat dia seperti itu. Jadilah emosi yang keluar adalah marah. Duh Tuhan ampuni saya :-)

Singkat cerita, hari Kamis Ola mimisan. Mimisannya pun gara-gara dia mengupil! Satu dua kali mimisan nggak banyak dan langsung berhenti. Keempat kalinya mimisannya ngucur sampai habis tisu banyak sekali. Akhirnya sore itu dibawalah ke puskesmas dekat rumah untuk minta diinfus karena nggak masuk makanan dan minuman. Di puskesmas diperiksa darah trombositnya 90.000! Barulah ketauan kalau Ola DBD. 

Malam itu Ola dirawat inap di puskesmas. Untung masih tersisa satu tempat di bagian anak, tapi tempatnya sama sekali tidak nyaman hehe... Dalam satu ruangan ada empat pasiennya. Tiga pasien berjajar dan disekat dengan kain panjang yang hanya separuh lebarnya. Sedangkan Ola di bagian depannya, tidak ada sekat, jadi tidak ada privasi sama sekali. Untuk ke kamar mandi pun Ola harus jalan sendiri ke kamar mandi di pojokan ruangan itu, sambil dorong tongkat infus! Sedih saya melihatnya tapi mau bagaimana lagi. 

Besoknya Ola kembali mimisan dan lebih banyak, udah seperti daging panjang keluar dari hidungnya. Kebetulan subuhnya saya sempat pulang sebentar untuk rebahan karena kaki saya pegalnya minta ampun karena harus tidur di kursi. Sekitar jam 10 ketika saya mendengar kabar Ola, jantung saya rasanya langsung turun ke perut dan nafsu makan menghilang. Padahal kemarin-kemarin waktu merawat dua anak demam, nafsu makan saya baik-baik saja lho (puji Tuhan banget!). Saya terus ucapkan bilur Yesus menyembuhkan Ola. Di rumah sakit pun saya langsung peluk Ola dan ucapkan doa yang sama.

Pagi itu periksa darah trombosit 76.000 Ola lemas banget. Kami langsung mempertimbangkan untuk pindah ke RS di bandung karena terus terang saya kurang nyaman dengan puskesmas. Kalau malam yang jaga hanya mantri, yang kalau saya tanya itu jawabnya kurang memuaskan. Suster yang senior yang berpengalaman jaganya hanya pagi. Kami putuskan untuk pindah ke RS Advent di jl Cihampelas bandung. Pihak puskesmas keukeuh tidak membolehkan pindah dan tidak memberi surat rujukan. Kalau nggak ada surat rujukan berarti nggak bisa pakai BPJS. Mereka beralasan kami sanggup kok menangani pasien DBD, sudah sering. Bahkan mereka menunjukkan salah seorang suster mereka yang bulan kemarinnya baru dirawat disitu karena DBD, trombositnya 9.000 bahkan. 

Singkat cerita, sorenya kami berhasil ke IGD RS Advent. Perawat disana sangat sigap menanganinya, meskipun sedang penuh sampai harus antri lho di ruang IGD. Saya bilang ke suster pria disitu bahwa Ola tipus jadi harus bedrest, dia langsung mencarikan kasur untuk Ola. Kebetulan ada yang baru pindah ke kamar di atas, jadi ruangannya bisa langsung dipakai oleh Ola. Selama beberapa jam di IGD, Ola ganti infus sampai 3x. Saya bandingkan dengan puskesmas yang infusnya pelannnnn banget. Perawat di Advent juga secara teratur memeriksa suhu badan dan tensi Ola. Di puskesmas tidak pernah, hanya diambil darah aja.

Sekitar jam sembilan Ola baru dapat kamar di bagian anak. Suster yang menerima kami di ruang anak langsung menjelaskan bahwa malam itu adalah titik kritisnya Ola. Suhu tubuh dan tensinya sedang menurun, sampai 32 derajat kalau saya nggak salah dengar ya. Jadi saya harus terus memeriksa Ola. Kalau badannya dingin atau dianya diajak omong nggak nyambung, segera hubungi suster, karena harus ditindak lanjut ke ruang isolasi. 

Shock jelas, tapi anehnya saya merasa tenang. Saya tahu bahwa Tuhan menyertai kami dan pasti menolong kami. Saya percaya Roh Kudus yang memberi ketenangan dalam hati saya. Saya berdoa minta kesembuhan dan kehidupan untuk Ola. Meskipun di pikiran saya terus berkecamuk hal-hal negatif tapi saya hanya fokus ke Firman Tuhan, Allah ku itu Yehova Rafa, Allah yang menyembuhkan. 

Saya juga melakukan Perjamuan Suci memakai air dari minuman kemasan dan nasi kepalnya McD, kebetulan aja yang ada itu hehe.... Buat saya yang penting esensi dari Perjamuan Suci. Deklarasi dan peringatan akan Yesus yang tubuh dan darahNya telah diserahkan bagi kita untuk penebusan dan kesembuhan kita. 

Sepanjang malam itu beberapa kali ngecek suhu tubuh Ola tidak dingin dan dia tidur terus. Terlihat sedikit tidak nyaman karena pegal seluruh badannya. Menurut susternya dibiarkan tidur aja, nggak perlu dibangunkan untuk minum karena sudah ada infus. 

Paginya bangun seperti biasa, terlihat sedikit lebih segar. Mau makan dan minum meskipun belum terlalu banyak. Dokternya visit siang dan hasil tes darahnya sudah bagus, trombosit 90.000 ada peningkatan dari sebelumnya, berarti masa kritis udah lewat. Besok juga udah bisa pulang. Saya sampai tidak percaya dan berulang kali tanya untuk memastikan. Dokter juga bilang ini hanya DBD, bukan tipus. Tes WIDAL pertama (hari Senin) yang menunjukkan positif tipus itu ternyata akan selalu positif jika pasien sebelumnya udah pernah tipus. 

Puji Tuhan! Haleluya!

Ola pun senang karena bisa makan dengan bebas, nggak harus bubur haha... Tinggal observasi mimisan nya aja. Kebetulan kain kasa penyumpal hidung Ola sejak dari Puskesmas belum dilepas, untuk menghindari terjadi pendarahan lagi. Bentuknya sudah mengerikan haha... tapi dilihat sih kering, tidak terlihat ada penambahan darah. Sabtu malam itu sama suster ditetesin air supaya melunak sehingga kasanya mudah dikeluarkan. Minggu paginya ketika bangun, bantal dan seprei nya merah bekas darah. Setelah diperiksa ternyata dari sisa darah kering di kasa yang dibasahin jadi menetes, posisi tidur Ola menyamping sepanjang malam itu. 

Minggu siang, setelah dokter visit dan kasa di hidung dilepas, Ola pulang ke rumah. Hasil tes darah, trombositnya udah 150 ribu lebih sedikit. Dan kami pun pulang tanpa bayar RS! haha... senang sekali rasanya. Kami keluar dari RS tanpa tahu berapa tagihannya. Jadi ternyata BPJS nya diterima. Yang kami pikir tidak akan bisa pakai BPJS karena tidak ada surat rujukan eh ternyata bisa. Belakangan kami baru tahu kalau kondisi gawat darurat (lewat IGD) itu nggak perlu pakai surat rujukan. Puji Tuhan!!! Terima kasih BPJS. Psstt...padahal kami baru bikin BPJS itu bulan Januari lalu lho, setelah hampir satu tahun selalu lupa (dan menunda) untuk daftar BPJS hehe...

Mujizat itu nyata teman-teman
Allah itu setia dan kesetiaanNya seperti perisai dan pagar tembok di sekitar kami (Mazmur 91). Saya benar-benar merasakan pertolongan Tuhan tidak pernah lepas. Dan puji Tuhan, Roh Kudus membantu saya untuk tetap positif, damai sejahtera dan tidak ngomel maupun mengeluh. Biasanya saya tipe orang yang lebih mudah marah dan mengeluh tapi ini tumben nggak hehe... thank you Lord.

Segala pujian hanya bagi Tuhan Yesus
pengalaman pertama merawat anak di RS sungguh luar biasa mengesankan 
tapi tetep nggak akan mau lagi mengalami kayak gini haha...

note: foto di atas adalah waktu hari Minggu pagi setelah dokternya visit. membiasakan diri untuk duduk setelah cape tiduran terus.


 

0 comments: