Saturday, May 11, 2019

pengalaman pertama anak rawat inap di RS part 2

Setelah kejadiannya lewat, kalau saya renungkan kembali, banyak sekali hal yang bisa saya syukurin. Dan itu bukti bahwa perlindungan Tuhan menyertai kami terus. 

Saya baru sadar kenapa Ola susah makan dan mimisan (tanpa sengaja). Seandainya Ola nggak begitu maka saya nggak akan bawa ke puskesmas untuk diinfus, dan nggak akan ketahuan kalau DBD, dan mungkinnnn sudah terlambat untuk ditangani. Puji Tuhan banget kan? 

Padahal itu dua hal yang sempat saya keluhkan ke Tuhan. Saya minta Tuhan membuat Ola jadi nafsu makan karena saya nggak bisa membuat dia nafsu makan, nggak bisa paksa juga. Lha kok tumben saya nggak ngeluh dan protes hehe... saya percaya itu pertolongan Roh Kudus. Meskipun saya sempet marah-marah ke Ola sih, tapi untunglah Tuhan baik :-)

Satu hal lagi yang perlu disyukurin, kasur tempat Ola dirawat itu spotnya paling luas di antara yang sekamar dengan Ola di kelas III bagian anak RS Advent. Lebih asiknya lagi tertutup rapat dengan tirai putih, sangat privasi. Beda banget dengan di puskesmas yang terbuka sekali. di RS Advent, Ola terpaksa harus memakai pispot karena hidungnya dipasangin oksigen sejak dari IGD. Jadi dejavu merawat Ola bayi hahaha... kok ya pas kebeneran Ola mencret pula hari Sabtunya itu. Bonus dah haha... 

Kebetulan juga Ola udah selesai mens beberapa hari sebelum itu. Susternya sampai bilang wah untung bu, bisa pendarahan atas bawah kalau kondisinya kayak gitu. Karena DBD itu belum ada obatnya, hanya bergantung pada kekebalan tubuh dan harus banyak minum. Kalau sampai kurang minum bisa terjadi pendarahan, dan kalau udah pendarahan biasanya susah berhenti, akhirnya harus ditransfusi darah. Kebanyakan kasus DBD yang akhirnya meninggal itu karena telat penanganannya. 

Lah kasus Ola ini malah awalnya dikira tipus, nggak nyangka kalo DBD. Karena hasil tes darah awal trombositnya 383.000 hasil dari Ola rajin minum jus jambu merah dan pocari sweat. Untung Ola nurut lho, biasanya nggak nurut hehehe... Trombosit awal 383.000, trus jadi 90.000 jauh banget kan dropnya. Kalau denger orang lain ada yang sampai di bawah 10.000 ngeri juga ya

Waktu awal demam sebetulnya saya udah feeling jangan-jangan DBD. Saya udah ngobrol ama Ola untuk tetep makan dan minum banyak. Lebih enak DBD karena masih boleh makan bebas, kalau tipus kan makannya harus diatur dan harus bedrest total. Tapi masukan dari saudara jangan-jangan tipus karena melihat demam nya sampai keringat dingin, menggigil, sehingga akhirnya makanannya mulai dijaga dan stop jus jambu merah, angkak dan sari kurma. Buat jaga-jaga, takut kena usus. Ganti jadi kapsul cacing tapi cuman berhasil masuk sedikit. Tapi untungnya Tuhan jagain, nggak sampai telat penanganan.

Puji Tuhan juga kami dikelilingi keluarga yang support dengan baik. Kakak ipar saya siap mengantar jemput dengan mobil. Sempat gantian jaga Ola waktu di puskesmas waktu Jumat pagi. Dan dia yang melihat secara langsung tragedi Ola mimisan itu. Ada nenek Ola yang bantu menyediakan makanan untuk kami dan juga menjaga Zac selama ditinggal. Zac juga kooperatif dan udah sembuh betul dari campaknya. 





Yang paling saya syukurin adalah kekuatan dari Roh Kudus selama melewati kejadian itu. Kalau bukan Roh Kudus nggak mungkin saya bisa sabar, damai, tenang, nggak panik dan nggak mengeluh apalagi sampai marah. Apalagi sejak awal dengan dua anak di samping kanan kiri yang sedang demam membuat saya kalau malam selalu bangun memeriksa suhu tubuh mereka. Meskipun di pikiran saya sempat terlintas untuk protes dan mengeluh ke Tuhan tapi Roh Kudus yang mengingatkan di hati saya untuk fokus ke Firman Tuhan.  

Saya percaya bahwa sakit penyakit bukan dari Tuhan. Yang mencuri, membunuh dan membinasakan itu iblis, dan dia bekerja tanpa henti berjalan keliling mencari orang yang dapat ditelannya. Saya tidak bilang bahwa ketika sedang dalam pencobaan berarti kita sedang dalam kuasa iblis, sama sekali tidak. Pencobaan boleh datang dan pergi karena kita tinggal di dalam dunia yang ada dalam kuasa iblis. Tapi... Puji Tuhan, kita bisa pegang teguh janji Tuhan bahwa Dia tidak pernah meninggalkan kita.

Ketika sedang mengalami pencobaan tak penting untuk mencari apa sebabnya, apa maksudnya. Allah itu Roh dan iblis juga roh, sedangkan kita di alam fisik. Kita nggak paham apa yang terjadi di alam roh. Dan kadang-kadang rasa ingin tahu itu bisa 'membunuh' kita haha... atau bisa dipake oleh iblis untuk menghembuskan kekecewaan pada Tuhan. Seperti Ayub yang bertanya terus ke Tuhan kenapa dia harus mengalami semua musibah (yang sangat berat) itu padahal dia benar, tidak melakukan kesalahan apapun. Tidak ada yang salah dengan Ayub tapi jawaban Tuhan seolah-olah mengatakan bahwa biarlah itu jadi misteri karena otak manusia itu nggak sanggup untuk memahami semuanya. Yang penting semua dalam kontrol Tuhan dan pasti mendatangkan kebaikan bagi anak-anakNya.

Yang jauh lebih penting adalah tetap teguh pada janji Tuhan bahwa Ia sangat mengasihi kita dan selalu beserta dengan kita, apapun kondisi kita. 

"Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b)



Seperti Daud yang menguatkan kepercayaannya pada Tuhan ketika sedang dalam titik terbawah hidupnya (1 Samuel 30:6). Bahkan dalam Mazmur 23 dia menulis 

Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. (Mazmur 23:4)
Daud tahu bahwa mengikut Tuhan bukan berarti semua jadi indah, tidak akan mengalami hal yang tidak mengenakan makanya dia berkata 'dalam lembah kekelaman'. Tapi dia bisa tidak takut bahaya sebab dia tahu Tuhan selalu besertanya. Daud mengenal Allahnya.

Gada dan tongkat di tangan seorang gembala berfungsi untuk melindungi kawanan dombanya. Gada untuk memukul hewan puas yang mau memangsa domba, sedangkan tongkat untuk menuntun domba berjalan dan mengangkat leher domba ketika domba jatuh kedalam jurang. Dulu pengertian saya tentang ayat ini gada dan tongkat itu untuk mengajar saya, dan yang terbayang malah hal yang menyeramkan haha... Tapi ternyata salah, kebalikannya justru. 

Saya ingat ayat-ayat ini yang terus saya ucapkan ketika saya melewati peristiwa itu. Saya menolak semua pemikiran negatif yang berusaha menghakimi saya, yang berusaha membuat saya merasa tidak layak untuk meminta dan menerima pertolongan Tuhan. Semua karena pertolongan Roh Kudus yang menguatkan iman saya. Dan sungguh menjadi kekuatan.


 

0 comments: