Thursday, February 23, 2017

Review film MOANA

Zac lagi keasikan nonton film Moana nih. Bangun tidur, abis mandi, makan sampai mau bobo malem pun mintanya nonton Moana terus, sampai teriang-iang lagunya. 

Moana, film Disney yang sudah tayang dari tahun kemarin tapi Zac baru nonton di rumah sekarang. Kalo Ola sempet nonton di bioskop, Zac belum pernah diajak nonton di bioskop. Film yang bagus sekali, dan sarat dengan pembelajaran karakter, bagus lho buat anak-anak.

Moana diawali dengan sebuah legenda atau dongeng tentang Te Fiti, dewi yang berbentuk pulau yang mirip seperti seorang wanita yang sedang tidur. Te Fiti ini punya sebuah batu yang dicuri oleh Maui, seorang setengah dewa yang bisa berubah-ubah wujud karena memiliki hook ajaib. Ketika batu ini hilang Te Fiti jadi berubah wujud menjadi lava jahat yang menghancurkan, padahal tadinya adalah seorang dewi cantik sumber kesuburan alam. Dan Maui sendiri juga menghilang setelah mencuri batu itu.

Karena Te Fiti dewi kesuburan berubah jadi lava jahat, maka kesuburan daerah di sana lama kelamaan menghilang. Alamnya menjadi jahat, sehingga manusia tidak bisa lagi berlayar dengan aman di lautan bebas. Selama kurang lebih dua ribu tahun, nenek moyang Moana menetap di pulau Matunui, padahal tadinya mereka adalah voyager, penjelajah. 

Moana, seorang gadis remaja yang dipilih oleh laut untuk mengembalikan batu hijau, the heart of Te Fiti, ke tempatnya semula. Supaya alam kembali seperti semula, subur dan ramah kepada manusia. Dia harus menemukan Maui, manusia setengah dewa yang memiliki hook ajaib lalu mengantar Maui ke Te Fiti untuk mengembalikan batu hijau ke tempatnya semula. 

Moana tidak punya pengalaman berlayar tapi dia selalu penasaran dengan laut, tapi selalu ditentang oleh ayahnya. Ayahnya mempersiapkan Moana sebagai penerusnya, pemimpin suku itu. Moana harus tinggal di pulau itu, tidak boleh berlayar sama sekali. Sampai satu titik, Moana akhirnya nekat berlayar seorang diri untuk menjalankan misi mengembalikan the heart of Te Fiti. Dan petualangan pun dimulai, seru! 

Kalau menurut saya, film Moana ini adalah tentang orang yang melupakan identitas dia yang sebenarnya. Moana, seorang anak kepala suku di Matunui, suku yang dulunya adalah voyager, penjelajah, tapi selama kurang lebih dua abad lamanya mulai nyaman tinggal di pulau Matunui. Tapi akhirnya Moana menjadi penjelajah dan berhasil mengajak penduduk sukunya untuk menjelajah juga.

Te Fiti yang adalah seorang dewi kesuburan tapi berubah menjadi Te Ka, lava jahat dan mengerikan karena kehilangan hatinya yaitu batu hijau yang dicuri Maui. Seseorang yang kehilangan hati nurani nya bisa menjadi seseorang yang sangat berbahaya dan mengerikan.

Di akhir filmnya, lagu yang dinyanyikan Moana betul-betul menjadi inti pesan dari film itu, kalau menurut saya lho ya. Ini nih liriknya, 

I have crossed the horizon to find you
I know your name
I may have stolen the heart from inside you
But this does not define you
This is not who you are
You know who you are
Lagu ini menjadi background sound ketika Moana bertemu face to face dengan Te Ka, monster lava yang mengerikan itu. Dengan beraninya Moana berjalan menemui Te Ka sambil menyanyikan lagu ini. Dan Te Ka pun seketika terpaku diam ketika Moana berkata, This is not who you are... You know who you are... Who you really are...Disitulah Te Ka berubah menjadi batu sehingga Moana bisa menempelkan batu hijau nya ke tempatnya semula. The heart of Te Fiti kembali ke tempatnya dan seketika Te Ka pun berubah menjadi Te Fiti, dewi kesuburan. Alam pun seketika berubah menjadi hijau dan subur.

Bagus kannnn...pesan dari film Moana ini. Jangan pernah lupakan siapa kita. Dan jangan pernah kehilangan hati nurani kita. 

berkarir dari rumah
Film ini mengingatkan saya secara pribadi sebagai seorang ibu dan work at home mom. Kalau menurut saya, sebagai seorang work at home mom itu tantangannya lebih besar daripada ibu pekerja kantoran lho. Kalau ibu kantoran, begitu sampai kantor tidak dipusingkan lagi dengan anak-anak yang bisa 'mengganggu' setiap saat. Beda dengan WAHM seperti saya ini. Baru buka laptop sebentar sudah 'ditempeli' si bungsu yang pengen ditemenin maen atau ditemenin nonton Moana hihi... Untuk menulis review ini aja sudah diinterupsi beberapa kali lho :-D Belum lagi godaan untuk sedikit bersantai dengan menonton sinetron hihi...

Padahal alasan saya bekerja juga buat anak-anak, tapi seringkali jadi alasan yang kurang tepat. Misalnya menjadikan anak sebagai alasan untuk tidak ikut training online atau menunda pekerjaan. Atau bisa juga sebaliknya, menjadi terlalu tegas dengan anak karena sangat mementingkan kerjaan diatas anak. You know what i mean, right? 

Solusinya, kembali ke diri sendiri, pinter-pinterlah membagi waktu sehingga bisa seimbang antara anak/keluarga dan pekerjaan. Kalau tiba-tiba ngerasa malas, ingatlah bahwa kita adalah pejuang keluarga. Kalau tiba-tiba merasa jauh dengan keluarga, ingatlah bahwa kita bekerja juga untuk keluarga, jangan sampai kita justru dijauhi oleh keluarga kita sendiri.  

Tidak mudah dalam pelaksanaannya, tapi bisa kok dijalanin, asal jangan lupakan tujuan semula dan jangan sampai hati nurani kita hilang.

Nah itu tadi review seriusnya, sekarang review kurang seriusnya hehe... Saya tertarik dengan baju yang dipakai Moana, keren banget. Selain desainnya bagus, bajunya itu hebat, nggak pernah melorot atau miring meskipun dipakai polah macem-macem. Roknya aja nggak lepas padahal cuman diiket gitu doang hehe...Rambutnya Moana juga bagus euy. Iri banget deh.

Namanya juga film kartun, bukan sungguhan :-D


This entry was posted in

0 comments: